Salah satu model pembelajaran yang relevan untuk diterapan di sekolah dengan berbagai jenjang dengan terminal peserta didik yakni model pembelajaran Problem Posing. Menurut Brown dan Walter dalam Kadir pada tahun 1989 untuk pertama kalinya istilah problem posing diakui secara resmi oleh National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) sebagai bagian dari national program for re-direction of mathematics education
(reformasi pendidikan matematika). Selanjutnya istilah ini dipopulerkan
dalam berbagai media seperti buku teks, jurnal serta menjadi saran yang
konstruktif dan mutakhir dalam pembelajaran matematika.
Problem Posing merupakan istilah dalam bahasa Inggris. Menurut John M. Echol problem berarti masalah, soal dan posing berasal dari to pose yang berarti mengajukan. Sehingga Problem Posing
merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan pengajuan
soal. Menurut Brown dan Walter dalam abdusyakir informasi atau situasi problem posing dapat berupa gambar, benda manipulatif, permainan, teorema atau konsep, alat peraga, soal, atau selesaian dari suatu soal.
Model pembelajaran Problem Posing mulai dikembangkan tahun 1997
oleh Lyn. D. English, dan awal mulanya diterapkan pada mata pelajaran
matematika. Selanjutnya model ini dikembangkan pada mata pelajaran lain.
Pada prinsipnya model pembelajaran problem posing adalah suatu
model pembelajaran yang mewajibkan peserta didik untuk mengajukan soal
sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.
Bentuk lain model pembelajaran Problem Posing, yaitu pemecahan
masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah
menjadi bagian-bagian yang lebih simpel sehingga dipahami. Sintaknya
adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi
tulisan hitungan, cari alternative, menyusun soal pertanyaan.
Dari beberapa pengertian tersebut, model pembelajaran Problem Posing
merupakan suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran melalui
pembentukan soal atau pengajuan soal melalui kegiatan kognitif untuk
melatih peserta didik berfikir matematis dengan cara membuat soal tidak
jauh beda dengan soal yang diberikan oleh guru ataupun dari situasi dan
pengalaman peserta didik itu sendiri.
Pada tahap awal, guru cukup atau dapat memberikan tugas kepada peserta didik dalam model pembelajaran Problem Posing dengan memilih salah satu cara berikut:
- Pre Solution Posing, yaitu jika peserta didik membuat soal dari situasi yang diadakan, jadi guru memberikan suatu pernyataan dan peserta didik diharapkan mampu membuat pertanyaan berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh gurunya.
- Within Solution Posing, yaitu jika peserta didik mampu merumuskan ulang pertanyaan soal menjadi sub-sub pertanyaan baru yang urutan penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan sebelumnya dan diharapkan peserta didik mampu membuat sub-sub pertanyaan dari pertanyaan tunggal yang diberikan oleh guru.
Post Solution Posing, yaitu jika peserta didik mampu memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang telah dijelaskan oleh guru untuk membuat soal-soal baru yang sejenis
No comments:
Post a Comment